Dunia otomotif dan sektor logistik, boleh jadi, bila berkolaborasi rasanya akan seperti menyeruput nikmatnya paduan kopi susu yang tepat. Begitulah setidaknya, pengibaratan dari dua sektor perniagaan yang paling aktif di masa kini. Dunia otomotif sangat aktif dari semua lini, baik produksi, pemasaran, bahkan hingga layanan pascabeli. Begitu pun sektor logistik, yang juga melayani jaminan layanan pascapelayanan.
Meski keduanya super sibuk dengan fokus optimalisasi pelayanan masing-masing, namun mungkin diantara mereka belum banyak yang bisa memahami terjadinya semacam mutualisme yang tercipta. Inilah yang dialami salah satu pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), Cherry Agustina, 45 tahun, melalui kisah nyata yang dia ungkap kepada LajuPacu. Diawali dengan rasa tertarik suaminya yang amat sangat, kepada salah satu mobil dari pabrikan Mitsubishi, yakni Xpander. Ya, suaminya sangat mendambakan memiliki Mitsubishi Xpander, mobil segala medan yang mulai membanjiri pasar otomotif Indonesia sejak 2017 lalu.
Namun masalahnya, bagaimana mungkin? Saat itu adalah pertengahan tahun 2020, dimana badai wabah COVID-19 sedang melumpuhkan banyak sektor. Meski masih dikatakan beruntung, lantaran suami Cherry tidak seperti rekan kerja lainnya yang terkena imbas perampingan struktur kepegawaian di perusahan tempat dia bekerja, namun efek nyungsep-nya isi dompet sangat ia rasakan. Pada awal 2020, sang suami memang sudah mulai mengumpulkan uang untuk menambah tabungannya, demi bisa mengganti mobil lama miliknya, dengan Mitsubishi Xpander.
"Saya tidak menargetkan suami untuk beli Xpander itu. Hanya mendorong dia mendapatkan Xpander dambaannya," ungkap Cherry. Bila sesuai target, dimana tidak ada perampingan struktur perusahaan dan tidak ada pemotongan take home pay akibat konsekuensi work from home (WFH), maka awal 2021 dipastikan suaminya telah mengantungi fulus yang diperlukan untuk menukar-tambah mobil lamanya dengan Xpander. Namun lagi-lagi takdir tidak menginginkan itu. Pertengahan 2020, saat dimulainya WFO, kumpulan dana rutin dari pendapatan bulanannya sebagai karyawan turun drastik. Angan pun semakin menjauh.
Xpander idaman Cherry dan suaminya |
Terlebih dia, suami, serta kedua anaknya dikelilingi para tetangga yang mulai menjadi korban wabah mengerikan itu. Cherry harus meningkatkan kewaspadaan dengan ekstra gizi, yakni menambah anggaran konsumsi rumah tangga dengan asupan yang bisa meningkatkan imun tubuh, demi menangkal serangan virus. Maka Cherry pun harus pasrah merelakan mobil impiannya dan suami jauh dari harapan. Yang lebih menengangkan, sebagai digital marketer, suami Cherry ditargetkan perusahaan untuk bisa menjaga penjualan produk, melalui konsep digital marketing. Bila tidak, maka suaminya ikut jadi 'peserta' perampingan kantor.
Di tengah himpitan masalah itu, keduanya berkolaborasi. Mereka mulai membuat prioritas, menyelesaikan problem hidup yang mendera dari hulu ke hilir. Hingga di satu titik, keduanya menemukan kunci utama dalam menjawab dapur rumah tangganya, yakni dukungan layanan sektor pengiriman yang prima. Kata 'prima' dalam hal ini, tidak lain adalah sesuatu yang tahan banting, di segala medan. Sebab, di tengah banyaknya pembatasan aktifitas, justru keberlangsungan hidup masyarakat di tengah lautan wabah, banyak didukung oleh sektor pengiriman yang aman dan terpercaya.
Cherry yang bercadar |
Cherry pun memilih JNE untuk mengatasi target yang diinginkan perusahan suaminya. Dia melihat adanya layanan-layanan pengiriman pada JNE seperti JNE Trucking, JNE YES (Yakin Esok Sampai), dan JNE REG (Regular) sebagai pilihan pengiriman yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Dengan memanfaatkan layanan JNE YES dan JNE REG, akhirnya sang suami berhasil menjaga penjualan produk perusahaan agar tidak turun.
Tak cukup sampai di situ, berbekal strategi marketing suaminya, Cherry juga tidak ingin kehilangan momentum. Dia memiliki usaha kecil sejak sebelum masa COVID-19. Jauh sebelum COVID-19 mewabah, Cherry menjual gula aren dari mulut ke mulut. Kemudian dia memanfaatkan marketplace untuk meningkatkan penjualan gula aren tersebut. Dan ketika muncul Tokopedia, dia pun membuat akun di situ dengan nama Zupermarketer dan mulai merasakan manfaat dari jualan online.
Pilihan pengiriman barang dagangannya itu dia tujukan ke JNE. "Gimana ya, soalnya JNE menyediakan berbagai layanan yang dirancang khusus untuk UMKM. Dengan jaringan distribusi yang luas dan teknologi canggih, JNE saat itu bisa menjangkau pelanggannya di Indonesia dengan COD hingga ke daerah terpencil. Bahkan sampai sekarang," ungkap Cherry.
Tak terasa, Cherry dan suami menjalankan strategi pemasaran digital di dua kaki (untuk kantor suami dan usahanya) telah hampir setahun. Dan tak terasa pula, tabungannya ternyata telah lebih dari cukup untuk menukar-tambah mobil lamanya dengan Xpander. "Alhamdulillah, sebelum 2021 berakhir, kami sudah bisa memiliki Xpander idaman itu."
Di situlah Cherry tersenyum mengenang kisahnya. Awalnya itu seperti mimpi di siang bolong, alias sesuatu yang mustahil terwujud. Apalagi di tengah badai COVID. Namun takdir berkata lain. Justru di saat masa sulit COVID, Cherry berhasil membeli mobil yang mereka idamkan, melalui bisnis UMKM-nya. Satu kunci yang dia pegang adalah, kelancaran pengiriman barang di saat COVID tersebut, yakni memilih JNE. Hingga 2022 tercatat telah 500 ribu UMKM bekerjasama dengan JNE dan sekitar 50% pendapatan UMKM naik, karena layanan pengiriman yang tepat.
Aktifitas Cherry yang hingga kini rutin bersentuhan dengan JNE #JNE #ConnectingHappiness #JNE33Tahun #JNEContentCompetition2024 #GasssTerusSemangatKreativitasnya |
0 Komentar